MUSIC OFF

Sementara kosong

Seandainya Meja Kerja Kita Seperti ini??

Seandainya Meja Kerja kita seperti ini, mungkin akan lebih tahan berlama lama memanjakan mata, bermain game atau menganalisa chart didepan komputer.

Catat Hal Penting Dan Terus Belajar

Catat Hal-Hal Penting jika anda menemukan sesuatu yang perlu anda catat, jangan menyerah dan terus belajar.

Analisa, Yakini dan Lakukan

Analisa rencana pergerakan yang anda tangkap di chart, Yakini analisa yang anda lakukan, dan Lakukan Open Posisi sesuai dengan analisa dengan menggunakan Stop Loss untuk menghindari kerugian yang berlebihan dan mengetahui letak kesalahan analisa.

Gunakan Lebih dari satu chart

Gunakan Lebih dari satu chart bila diperlukan untuk membedakan masing-masing pergerakan harga di tiap broker yang anda gunakan.

Amati dan Terima

Setelah menganalisa, dan melakukan order serahkan kelanjutannya kepada pasar yang bergerak, jika tidak sesuai maka mendapatkan Loss, dan jika sesuai dengan analisa akan profit. Gunakan Money Management yang baik!.

Selasa, 04 Agustus 2015

USD/CAD 04/08/2015

Melihat pergerakan USD/CAD pada sesi US ini terlihat mencoba naik kepada titik seimbang harian setelah harga didominasi oleh Seller harian, namun terlihat harga tertahan dan tak mampu mencegah seller untuk terus melakukan aksi SELLnya, terlihat harga sudah pernah tercapai titik tertinggi mingguan dan bulanan yaitu pada harga 1.3176 jika ini adalah merupakan titik tertinggi yang membuat pelaku pasar tidak mau lagi bertransaksi diatas harga tersebut, maka sekenario selanjutnya adalah Down, namun perlu kita perhatikan jejak jejak harga yang sudah terjadi untuk masuk kedalam pasar


Melihat kondisi harga dengan Pola BBMA saat ini, maka secara rata-rata harian harga berada pada tekanan seller dan mencoba memasuki area normal mingguan

Strategi yang dilakukan :
SELL sedekat mungkin dengan titik keseimbangan harian @1,3140 dengan SL diatas harga tertinggi yang terbentuk yaitu @1,3185 dengan target tujuan adalah titik keseimbangan mingguan yaitu @1,3018 (Target terdekat adalah titik 25% retrace dari HI LO mingguan yaitu @1,3097)

04 Agustus 2015
21:18 GMT+8

Senin, 03 Agustus 2015

AUD/USD 03/08/2015

Salam Sukses Sobat Blogger
Hari ini kami akan mencoba memulai sedikit goresan-goresan analisa yang mungkin bisa membantu kami dalam merecord / membukukan analisa-analisa yang kami lakukan, baik nanti hasilnya adalah baik atau buruk, sebagai pecut sekaligus koreksi bagi kami sehingga kami dapat terus berbuat lebih baik (mudah-mudahan) sekaligus sebagai bahan evaluasi kami dalam menganalisa market Forex pada hari-hari berikutnya.

Oke Langsung saja kami memulai dengan analisa AUD/USD pada hari ini
Analisa ini dilakukan oleh team, namun kami melakukan analisa secara personal, jadi kesalahan dan koreksi kami agar lebih terfokus pada diri pribadi kami masing2 dalam team Trading yang baru saja terbentuk beberapa waktu yang lalu.

AUD/USD

Melihat dari Fibo yang kita rekayasa sendiri kami melihat pergerakan AUD/USD sedang berada pada balance atau titik keseimbangan antara buyer dan selle dalam 1hari kebelakang, dan begitu juga dalam satu minggu kebelakang, namun berada pada tekanan seller pada 1bulan kebelakang, dan sekarang price berada pada titik retrace 25% terhadap hi low 1bulan kebelakang,
Strategi yang kami pikirkan adalah melakukan aksi BUY untuk melihat harga apakah akan mampu naik keatas titik seimbang bulanan? dengan SL dibawah Low Bulanan 0.7234

Jika kita lihat dari susunan BBMA yang dibentuk dari jejak-jejak price, maka kita melihat harga berada diluar range bulanan SD-1, jika harga mampu bergerak diatas MA mingguan dan harian, maka kami akan melakukan aksi BUY terhadap AUD/USD karena menurut kami harga akan terkonfirmasi naik menuju batas atas MA mingguan.

Strategi :
BUY aud/usd pada sesi tokyo dengan SL @0,7230
dengan titik BUY selanjutnya di @0,7267 (titik 25% fibo lime green)
Target kita adalah sementara titik seimbangn hi low bulanan yaitu pada price 0,7367

03/08/2015
11:52 GMT+7

Selasa, 03 Maret 2015

Memahami Pergerakan Harga, Part 4

Oke lanjut lagi tentang memahami pergerakan harga.

Untuk me-refresh pemahaman kita lihat lagi secara sederhana logika dasar dari mekanisme pergerakan harga:

Buyer=Seller ==> harga tidak kemana-mana
Buyer>Seller ==> harga naik
Buyer<Seller ==> harga turun

Kalau kita benar-benar memahami logika dasar diatas maka sebetulnya keseimbangan dan ketidakseimbangan ini terjadi di tiap-tiap titik yang dilalui harga. Harga diam di satu titik karena disitu seimbang antara minat beli dan minat jual, dan harga bergerak dari satu titik karena tidak seimbang antara minat beli dan minat jual. Apabila di suatu titik harga minat beli lebih tinggi daripada minat jual maka harga akan naik dari titik itu, sebaliknya apabila minat jual yang lebih tinggi daripada minat beli maka harga akan turun dari titik itu.

Prinsip seperti itu berlaku mulai dari pergerakan skala terkecil sampai terbesar. Dimulai dari pergerakan tiap-tiap pip atau titiknya kemudian diakumulasikan kedalam sebuah datablock berdasarkan satuan waktu tertentu mulai dari (pada platform MT4)  terkecil m1 sampai terbesar MN, kemudian datablock-datablock ini juga kita akumulasikan lagi untuk melihat bagaimana bentuk distribusinya, dan karena kita saat ini belajar secara visual dengan menggunakan naked chart maka bentuk distribusi ini kita sebut saja "formasi datablock". Nah dari bentuk formasi datablock  inilah kita dapatkan pola-pola pergerakan harga tertentu, di post part 3 yang lalu kita sudah bicara tentang mengamati formasi datablock untuk mendapatkan pola-pola trending dan sideway dimana trending ini adalah ketika harga cenderung bergerak ke satu arah sementara sideway adalah ketika harga cenderung bergerak bolak balik dalam suatu range tertentu.

Lebih jauh lagi trending dan sideway ini juga ternyata relatif tergantung perspektif kita, jaraknya bisa hanya beberapa pip sampai sangat lebar ratusan atau ribuan pip. Intinya selama harga hanya bergerak pada suatu range maka itu adalah sideway, terserah berapa pip lebar range-nya, dan ketika harga breakout meninggalkan range tersebut maka itu adalah trending. Dalam suatu TF cara termudah melihat sideway adalah dengan mencari formasi datablock yang berbaris menyamping, dari situ kita juga bisa dapatkan kondisi trending dengan mengamati ketika harga breakout meninggalkan barisan itu.

Kali ini kita akan bahas lebih jauh tentang kondisi sideway, kita lihat gambar berikut GBP/USD di TF H1.


Itu adalah cara kita melihat dengan perspektif yang terdekat pada suatu TF. Perhatikan pada area-area atau range berwarna abu-abu adalah area dimana formasi datablock yang cenderung berbaris menyamping lalu datablock yang diberi tanda panah adalah ketika harga breakout dari area sideway.

Nah kita bisa melihat dalam perspektif yang lebih luas lagi, coba kita perhatikan lagi gambar diatas tadi dan temukan harga yang bergerak dalam range tertentu tetapi skalanya lebih luas.

Bisa dilihat pada gambar berikut.

Pada range yang berwarna biru diatas formasi datablock tidak terlihat secara rapi berbaris dan lebih terlihat seperti trending bolak balik. Tetapi kalau kita perhatikan betul-betul harga sebetulnya masih bergerak dalam suatu range.

Untuk lebih mudahnya dalam memperluas perspektif ini kita bisa saja pindah ke TF yang lebih besar, coba kita lihat sekarang di TF H4.

Lebih mudah kelihatan yah di TF H4, formasi yang di H1 terlihat seperti trending bolak balik ternyata di H4 terlihat berbaris menyamping.

Kemampuan kita dalam mengenali range dan melihat dari perspektif yang berbeda sangat penting karena kondisi sideway ternyata bisa berbeda skalanya dan tidak selalu harus ditandai oleh formasi yang berbaris menyamping, sementara kondisi trending sendiri bisa terlihat ketika harga mulai breakout meninggalkan area sideway dan kemudian bergerak ke satu arah.

Pola pergerakan sideway dan trending ini terjadi berulang-ulang bergantian menjadi sebuah siklus, setelah sideway akan terjadi trending dan setelah trending akan kembali sideway, begitu terus. Sideway dan trending ini bisa juga dikatakan sebagai fase balance-imbalance, atau fase normal-abnormal apabila kita menggunakan pendekatan matematika.

Sekarang kalau kita sudah bisa melihat kondisi trending dan sideway maka ini dia pertanyaan yang paling penting: kita mau cari apa sih melototin chart?

Sebelumnya kita harus sadari dulu bahwa yang kita lihat pada chart dibalik harga yang bergerak itu sebetulnya adalah perubahan minat para pelaku pasar dari waktu ke waktu. Ketika pada suatu waktu minat para pelaku pasar ini relatif berimbang maka harga akan cenderung hanya bergerak ranging di area harga yang mereka bisa terima, area ranging atau sideway ini yang disebut sebagai area kesepakatan. Dan ketika kemudian minat salah satu pelaku pasar lebih dominan dari yang lain maka harga akan bergerak meninggalkan area sideway tadi dan kemudian bergerak cenderung searah dengan dominasinya sampai dominasi ini berakhir ketika pelaku pasar yang dominan ini tidak bisa lagi menerima harga lebih jauh.

Nah dari kesadaran diatas itu ada dua hal sebetulnya yang kita cari, arah dan batas. Arah ditentukan oleh siapa yang mendominasi sementara batas ditentukan oleh dimana harga tertinggi dan terendah yang bisa diterima oleh kedua belah pihak. Batas ini adalah hal yang paling penting dan pertama kali kita cari karena dari batas ini kita tahu rentangan harga yang diminati pelaku pasar dan selama minat ini tidak berubah maka harga akan tetap bergerak pada rentangan harga itu.

Ini seperti logika dasar para pedagang dimana kalau kita mau berjual-beli sesuatu maka kita harus tahu dulu harganya. Dan harga ini bukan angka yang fix tapi ada rentangannya, ada harga tertinggi, ada harga terendah, kemudian ada juga harga tengah atau rata-rata. Dari situ kita akan menentukan di harga berapa harus beli dan di harga berapa harus jual. Nah selama tidak ada kondisi luar biasa yang bisa mempengaruhi harga barang jualan kita itu maka rentangan harganya akan di sekitar-sekitar situ saja, atau kalaupun berubah paling hanya sedikit. Masuk akal yah?

Kita tidak akan bicara dulu tentang harga rata-rata karena itu harus menggunakan perhitungan matematika, sekarang kita akan bahas saja tentang bagaimana menentukan batas-batas rentangan harga atau range karena ini secara visual saja bisa dilihat. Disini prinsipnya adalah kita harus selalu memposisikan pergerakan harga sekarang sebagai sideway, bahkan ketika harga itu kelihatan sedang trending sekalipun kita tetap akan memposisikan itu sebagai sideway. Lho, katanya trending kok sideway gimana nih? Yups, trending itu bisa jadi ternyata adalah sideway apabila dilihat pada konteks yang lebih besarnya trending ini ternyata masih ada dalam suatu range.

Jadi agar kita bisa memposisikan pergerakan harga sekarang sebagai sideway maka kita harus memiliki range-nya, atau batas high dan low-nya tetapi dengan perspektif yang berbeda. Untuk itu satu-satunya cara adalah kita harus mencari range yang sudah terbentuk sebelumnya, karena range yang sudah jadi ini adalah FAKTA bahwa disitulah rentangan harga yang diminati pelaku pasar.

Cara mencari range yang sudah terbentuk ini adalah dengan mencari high dan low yang belum ditembus, mulai dari yang terdekat sampai sejauh yang kita butuhkan. High dan low ini kita sudah tahu adalah batas-batas harga yang masih bisa diterima pelaku pasar, mereka tidak berminat bertransaksi lebih dari itu, ini kita jadikan acuan dasar.

Titik-titik high dan low ini bisa dikenali dari bentuk formasi V atau U, yuk kita mulai cari dari yang terdekat saja dulu di GBP/USD.

Disini kita memiliki range terdekat antara high 1.6588 dan low 1.6565. Kita lihat dulu cerita pergerakan harga sebelumnya GBP/USD ada dalam kondisi trending up hingga menyentuh harga tertinggi 1.6588 dimana disitu adalah harga tertinggi yang masih bisa diterima oleh buyer, lalu dari situ harga pun retrace dan turun  sampai ke 1.6565 dan sampai saat ini harga masih bermain-main di area itu. Jadi untuk sementara waktu area inilah yang diminati oleh kedua belah pihak pelaku pasar.

Range ini akan tetap valid selama minat para pelaku pasar tidak bertambah, selama buyer tetap tidak mau membeli lebih dari 1.6588 dan seller tetap tidak mau menjual lebih murah dari 1.6565 maka harga akan tetap bergerak di situ-situ saja. Lalu apa yang terjadi apabila ada perubahan minat, misalnya minat jual tiba-tiba meningkat dan seller berani menjual lebih rendah lagi dari 1.6565?

Apabila minat jual ini terus meningkat maka akan terjadi ketidakseimbangan dan pada skala yang sekarang ini harga akan masuk fase trending down, nah untuk memprediksi sampai mana kira-kira harga akan bergerak turun kita tetap memposisikan pergerakan harga ini sebagai sideway. Untuk itu kita akan memperluas perspektif kita dan mencari lagi low terdekat yang belum ditembus karena disitulah batas minat seller sebelumnya, kita lihat lagi gambar.

Kita dapat low lagi di 1.6472, low ini adalah batas bawah range-nya. Jadi kita punya range dengan perspektif lebih luas antara high 1.6588 dan low 1.6472, range inilah yang akan kita gunakan apabila harga turun menembus 1.6565 dan terjadi trending down.

Lalu bagaimana apabila ternyata minat beli yang meningkat dan buyer berani membeli lebih mahal dari 1.6588 kemudian harga trending up? Sama saja, kita cari range dalam perspektif yang lebih luas lagi dan kita dapatkan seperti ini.

Disitu kita dapatkan high di 1.6668, nah low-nya kita tidak gunakan 1.6565 karena bila kita perhatikan formasinya maka 1.6565 ini ternyata ada di dalam sebuah range, maka kita cari low-nya dan dapatlah di 1.6472.

Sekarang kita luaskan lagi perspektif, bagaimana bila misalnya minat seller terus meningkat hingga low 1.6472 ini kemudian ditembus dan harga terus meluncur turun? Ada beberapa low di bawah yang bisa kita jadikan patokan range, bisa dilihat di gambar berikut.

Dengan high yang sama di 1.6688 ada dua lagi low terdekat yang bisa dijadikan range yaitu di 1.6449 dan 1.6398.

Sekarang bagaimana bila minat beli yang meningkat melebihi 1.6688 dan harga terus naik? Sama saja, kita cari high yang lain lagi untuk dijadikan range.

Ternyata cukup jauh di belakang juga high sebeumnya yang belum ditembus sampai-sampai harus pindah ke TF W1 dulu supaya kelihatan. Disitu ada tiga range yang bisa kita jadikan acuan, yang pertama antara high 1.6746 dan low 1.4813, kedua antara high 1.6877 dan low 1.4228, dan ketiga antara high 1.7041 dan low 1.4228. Tentunya kita akan menggunakan yang terdekat dulu yaitu antara high 1.6746 dan low 1.4813 sebagai acuan.

Jelas ya? Nah setelah kita dapatkan range atau batas-batas pergerakan harganya maka barulah kita membaca kecenderungan arahnya. Caranya adalah dengan menggunakan titik-titik high dan low sebagai starting point-nya, high adalah starting point seller sementara low adalah starting point buyer. Apabila harga bergerak turun meninggalkan high maka kecenderungan arahnya adalah turun, sebaliknya apabila harga bergerak naik meninggalkan low maka kecenderungan arahnya adalah naik. Sederhana sekali yah?

Oke mudah-mudahan cukup jelas sampai disini mengenai kondisi sideway juga tentang arah dan batas.

Sumber : LINK

Memahami Pergerakan Harga, Part 3

Kita lanjutkan lagi mumpung lagi santai...

Sebelumnya kita sudah bahas logika dan prinsip yang ada dibalik tiap-tiap datablock yang ada di chart dan kita juga sudah bahas prinsip korelasi antara pergerakan besar dan pergerakan kecil. Sejauh ini kita baru membahas tentang bagaimana membaca datablock secara individu dan bagaimana datablock individu ini bisa dipecah menjadi datablock-datablock dalam periode yang lebih kecil. Nah kali ini kita akan membahas bagaimana membaca pergerakan harga pada serangkaian datablock.

Kita lihat dulu prinsip kelima analisa KG:

“Dominasi Transaksi Dan Melemahnya Dominasi Transaksi Yang Terjadi Secara Akumulasi
Membentuk Dua Kondisi Pergerakan Harga Yaitu Kondisi Trending Dan Kondisi Sideway.
Kedua Kondisi Ini Secara Teknis Dapat Dilihat Dengan Mengamati Bentuk Distribusi Data
Yang Terbentuk, Baik Secara Visual Maupun Menggunakan Prinsip-Prinsip Pengukuran"

Jadi disini kita akan mulai membahas bentuk distribusi data, dari situ nanti kita bisa tahu kondisi trending dan sideway. Kondisi trending dan sideway ini bisa dilihat berdasarkan bentuk distribusi datanya baik dilihat secara visual maupun dengan prinsip-prinsip pengukuran. Tetapi karena dalam pembahasan ini kita menggunakan naked chart maka bentuk distribusi ini akan kita lihat secara visual saja, karena apabila kita menggunakan prinsip pengukuran maka kita harus bermain konsep matematika dan itu tidak dibahas disini. Dan karena kita menggunakan cara visual maka bentuk distribusi data ini kita sebut saja "formasi datablock" karena sepertinya lebih pas.

Untuk contoh pembahasan kita gunakan datablock di TF D1 saja, kita mulai dengan gambar berikut.


Itu adalah gambar sebuah datablock di D1 hari Jumat tanggal 3 Januari kemarin, anggap saja harga OHLC-nya sekian dan sekian deh, kita ikuti pergerakan harganya dari mulai open lalu high dan low sampai dia close. Memang sih itu datablock yang sudah terbentuk jadi kita tidak tahu proses pembentukannya bagaimana kecuali kita pecah datablock itu ke periode lebih kecil, tapi kita bisa ambil kesimpulannya disitu bahwa seller dominan, dominasinya juga kuat, dan memiliki hidden potensial juga.

Kemudian karena kita sedang bicara formasi datablock kita belum bisa mengatakan begini atau begitu karena kita baru punya satu datablock. Sekarang bagaimana kalau dua datablock? Kita lihat...


Pertama kita jangan bicara dulu formasi deh, tapi yang paling penting adalah kita ikuti dulu pergerakan harganya, dari mulai open di datablock yang kiri terus sampai dia berakhir kemudian lanjut begitu ke datablock yang sebelah kanan. Dari situ kita punya gambaran bagaimana pergerakan harga dua hari terakhir ini. Ternyata dua hari ini didominasi seller, dan hari Jumat kelihatannya dominasi seller ini lebih lemah daripada hari Kamis.

Sudah cukupkah informasinya dengan begitu saja? Coba kita lihat lagi dengan tiga datablock deh.

Sama seperti tadi kita ikuti pergerakannya dari datablock yang paling kiri yaitu hari Rabu, disitu buyer sangat dominan tetapi pada hari Kamis harga mencapai titik tertingginya, disitu buyer tidak mau lagi membeli lebih mahal kemudian seller mengambil alih dominasinya dan malah lebih kuat pula, dan dominasi seller ini berlanjut sampai penutupan hari Jumat tetapi dominasi seller ini kelihatannya ada pelemahan di hari Jumat dibanding dengan hari Kamis.
Sekarang coba kita lihat agak banyakan deh datablocknya, enam misalnya.

Sekarang kita lihat bagaimana pergerakan harga sejak Jumat sebelumnya tanggal 29 Desember. Disitu buyer dominan tetapi tidak terlalu kuat, kemudian pada hari Senin dominasinya masih berlanjut dan sempat membawa harga naik jauh sampai di titik tertinggi mereka tidak mau lagi membeli, lalu dari situ dominasi buyer ini mulai melemah sampai pada akhirnya walaupun dominasi masih tetap dipegang buyer tetapi sebetulnya ada hidden potensial seller disitu karena harga penutupan kelihatannya lebih dekat ke low. Hari Selasa buyer masih mendominasi tetapi tidak berhasil membawa harga naik jauh dan kelihatan sekali melemah dibanding hari Senin. Lalu hari Rabu dominasi buyer menguat lagi dan membawa harga naik cukup jauh tetapi belum mampu melebihi harga high hari Senin. Hari Kamis seperti sudah dijelaskan sebelumnya keadaan mulai berbalik, buyer mencapai titik tertingginya kemudian seller balik mendominasi dengan kuat yang dilanjut sampai hari penutupan hari Jumat tapi pada hari Jumat ini dominasi sellernya tidak sekuat pada hari Kamis.

Kita belum sampai mengatakan bahwa itu trending atau sideway dulu, tapi point-nya adalah kita harus mengikuti jalan ceritanya dulu. Dan sebetulnya apabila kita sudah paham prinsip dan logika dasarnya untuk mengikuti jalan cerita pergerakan harga menurut saya hanya dibutuhkan common sense saja. Jadi tidak perlu pusing-pusing menghapal segala macam istilah ajaib yang biasa digunakan di analisa Japanese candlestick (Steve Nison kalau nggak salah ya bukunya?) seperti engulfing, morning star, doji, doggy style, dan entah apa lagi. Cukup amati dan ikuti saja, lalu mainkan common sense kita, jangan memusingkan nama-nama atau istilah.

Oke sekarang kita mulai bicara formasi, tapi sebelumnya kita harus tahu dulu apa pengertian kondisi trending dan sideway. Pengertian kondisi trending adalah kondisi ketika harga cenderung bergerak ke satu arah, bisa itu naik atau turun. Secara visual trending ini bisa dilihat sebagai formasi sekelompok datablock yang cenderung searah, naik atau turun.

Kemudian pengertian kondisi sideway adalah kondisi ketika harga cenderung bergerak bolak-balik saja dalam suatu range tertentu. Ini secara visual bisa ada dua kemungkinan, pertama adalah formasi sekelompok datablock yang menyamping, biasanya tingginya kurang lebih sama hingga kelihatan seperti berbaris rapi, ini adalah yang paling basic. Dan yang kedua ini agak lebih tricky, formasinya tidak terlihat berbaris menyamping tetapi lebih mirip trending, tetapi trendingnya ini bolak balik dan apabila diperhatikan sebetulnya harga masih berada dalam suatu range.
Kalau kita perhatikan lagi gambar yang terakhir itu kita belum bisa katakan itu formasi sideway karena harga belum bergerak bolak-balik, harga bergerak trending up kemudian langsung berbalik trending down. Yang seperti ini disebut juga reversal, dari trending up sebelumnya berbalik ke trending down.

Sekarang kita lihat gambar berikut.
                                             

Dengan memperhatikan gambar diatas bisa nggak kita ikuti perjalan harga seperti tadi dicontohkan diatas? Susah yah, panjang banget ceritanya, hehehe. Cara yang paling basic adalah kita potong-potong ceritanya berdasarkan kondisi trending dan sideway. Jadi cerita dimulai di kondisi sideway, lalu lanjut ke trending dan berakhir di sideway lagi. Jadi kita harus temukan mana trending dan mana sideway.

Oke kita lihat, berhubung untuk trending sepertinya sangat mudah dilihat jadi kita lewati saja itu dan kita lihat langsung sideway dengan formasi datablock menyamping.

Kelihatannya area-area dimana formasi datablock terlihat seperti berbaris. Disitu adalah area dimana minat para pelaku pasar relatif berimbang, area ini juga yang dikatakan sebagai "area kesepakatan".

Dan sekarang sideway yang formasinya tidak terlihat menyamping tapi tetap berada dalam sebuah range. dalam skala yang lebih luas

Pada area abu-abu itu sebetulnya sama saja prinsipnya, disitu minat para pelaku pasar relatif berimbang hingga harga walaupun sepintas terlihat seperti trending sebetulnya pergerakannya itu ada dalam suatu range. Range ini selalu dibatasi oleh titik high yang merupakan harga termahal yang diterima buyer dan titik low yang merupakan harga termurah yang diterima seller.

Nah skala ini juga bisa kita perbesar kalau kita mau, kita lihat.

Satu point penting disini adalah bahwa trending dan sideway itu bisa relatif tergantung skala atau perspektif kita melihatnya. Perspektif ini bisa luas bisa juga sempit tergantung kita sendiri, tetapi prinsip dasarnya tetap sama yaitu trending adalah kecenderungan harga bergerak ke satu arah dan sideway adalah kecenderungan harga bergerak bolak-balik dalam suatu range tertentu. Seperti contoh pada area biru itu disitu ada trending dan sideway dalam skala yang lebih kecil tetapi ternyata bila dilihat pada skala yang lebih besar kondisinya secara umum adalah sideway.

Dapat idenya sampai sini yah?

Kita kembali dulu ke gambar paling atas yaitu si datablock tunggal hari Jumat tanggal 3 Januari. Dengan satu datablock saja bisa tidak sih kita katakan kondisi marketnya sideway atau trending?

Bisa, tapi harus dipecah dulu menjadi periode yang lebih kecil seperti dibawah ini.

Jelas kan yah?

Disini ada satu point lagi, untuk memahami bagaimana kondisi market kita harus membaca datablock secara akumulatif atau secara kelompok, bukan secara individu. Jadi disini kita tidak membaca datablock  di suatu TF dalam konteks individual tetapi dalam konteks yang lebih besar lagi. Ketika kita melihat chart TF D1 misalnya, kita tidak membaca pergerakan harian walaupun masing-masing datablock disitu memang iya menggambarkan data satu hari. Tetapi yang kita baca adalah akumulasinya, jadi konteksnya lebih besar, bisa itu mingguan, bisa bulanan, atau lebih besar lagi. Sama ketika kita melihat chart TF H1 juga kita tidak membaca dalam konteks 1 jam-an, tapi akumulasinya yang lebih besar lagi, bisa 4 jam, 8 jam, 24 jam, mingguan, dan seterusnya sampai yang terbesar. Sama juga begitu dengan TF-TF yang lainnya.

Dengan cara akumulatif ini gambaran ceritanya bisa lebih lengkap terlihat juga secara visual formasinya akan lebih mudah terlihat. Lalu berapa banyak datablock yang kita butuhkan untuk melihat akumulasi ini? Jawabnya: sebanyak sampai ada batas antara sideway dan trending yang bisa kita identifikasi jelas.

Sip yah sampai sini, mudah-mudahan cukup jelas. Lanjut nanti insya Allah.... 
 
Sumber : LINK

Sabtu, 21 Februari 2015

Memahami pergerakan harga Part 2

Lanjut lagi yang kemarin, kita lihat gambar berikut, ini adalah gambaran pergerakan harga di TF D1 atau harian.
Datablock terakhir adalah ringkasan pergerakan harga hari Jumat tanggal 3 Januari kemarin, kita lihat disitu pergerakan harga dimulai di 1.6448, kemudian selama dia bergerak hari itu harga mencapai titik tertingginya di 1.6474 dan titik terendahnya di 1.6395 sebelum akhirnya berakhir di 1.6403. Disini kita tahu bahwa hari Jumat itu seller dominan dan hidden potensial juga dipegang seller.
Oke kalau tadi diatas kita baru melihat "ringkasan cerita" pergerakan hari Jumat sekarang kita lihat lebih detil lagi apa yang sebetulnya terjadi pada hari itu.


Perhatikan pada gambar diatas kita melihat detil cerita pergerakan hari Jumat di TF H1, jadi kita melihat cerita pergerakannya dari jam ke jam sepanjang hari itu. Kita lihat pergerakan dimulai dari harga 1.6448  dan membentuk serangkaian gerakan naik turun yang memuncak di high 1.6474, kemudian meluncur ke low 1.6395, lalu dari situ melalui lagi serangkaian gerakan naik turun yang berakhir di close 1.6403. Kita lihat disitu tiap-tiap datablock H1 merupakan sebuah ringkasan cerita juga yang diwakili titik-titik OHLC masing-masing. Kalau mau kita bisa lihat lebih detil lagi bagaimana sebetulnya cerita yang terjadi disitu. Kita lihat contoh di jam paling akhir saja, kita lihat apa yang terjadi disitu.

Nah dengan TF m5 kita bisa lihat bagaimana cerita perjalanan harga di jam terakhir hari Jumat itu dalam periode 5 menitan. Sampai sini point-nya adalah "pergerakan besar dibentuk dari pergerakan yang kecil-kecil", dan prinsip ini kalau dibalik menjadi "akumulasi pergerakan yang kecil-kecil membentuk yang besar". Coba sekarang kita lihat bagaimana pergerakan harian di TF D1 diatas tadi ternyata secara akumulatif membentuk pergerakan yang lebih besar yaitu mingguan, kita lihat.
Ini adalah TF D1:


 Akumulasi pergerakan harian membentuk pergerakan mingguan yang digambarkan di TF W1:


Oke dapat yah sampai sini idenya tentang korelasi pergerakan besar dan pergerakan kecil, singkat saja untuk part 2 ini. Kita lanjut lagi nanti insya Allah...
 
Sumber : LINK

Selasa, 17 Februari 2015

Memahami Pergerakan Harga Part1

Lanjut materi yang cukup baik untuk dibaca sobat blogger

SAMPRAZAAN

Tulisan ini sebetulnya sangat basic, tetapi malah sering dilupakan karena kebanyakan kita (termasuk saya) ketika mulai belajar belum apa-apa sudah bertemu dengan indikator. Apalagi semakin jauh materi pelajaran semakin bermacam-macam konsep pendekatan yang digunakan dan semakin bermacam-macam juga indikator yang digunakan hingga rasanya sangat sulit mengikuti pelajaran dan akhirnya banyak yang gagal. Malah ada orang yang semena-mena memaki-maki dan mengatai "raja j@mb#t" karena setup chart yang kusut penuh indikator.

Disini kita akan kembali ke konsep paling dasar yaitu prinsip analisa KG serta filosofi pergerakan harga dengan menggunakan data yang paling mentah yaitu chart polos alias naked chart. Tujuannya agar kita bisa memahami bagaimana prinsip dan filosofi itu bekerja dibalik pergerakan harga pada chart kita. Nanti setelah kita benar-benar memahami ini baru kita mulai menggunakan alat bantu (tools/indikator, atau garis-garis apalah) apabila memang dibutuhkan. Semoga dengan ini pemahaman dan kemampuan kita membaca pergerakan harga semakin bertambah, dan otomatis digit equity kita bertambah juga, lalu cita-cita membangun bangsa yang makmur dan kuat bisa terwujud, amin.

Oke kita mulai.....

Setelah sebelumnya kita bahas bagaimana sesungguhnya mekanisme pergerakan harga maka sekarang kita akan belajar untuk memahami pergerakan harga itu sendiri di chart kita. Jadi nanti ketika kita melihat chart  kita benar-benar mengerti apa sih yang sedang terjadi di market melalui apa yang digambarkan oleh datablock dan semua tools yang kita gunakan.

Kita tidak akan bahas lagi prinsip pertama karena itu sih harusnya sudah benar-benar tertanam, prinsip kedua juga lewat saja karena aplikasinya sudah dibahas di tulisan Mekanisme Pergerakan Harga sebelumnya, jadi kita sekarang langsung ke prinsip ketiga analisa KG:

"Kemana Kecenderungan Arah Pergerakan Harga Tergantung Sepenuhnya Pada Akumulasi
Transaksi-Transaksi Yang Mendominasi Pada Saat Pelaku Pasar Bertransaksi Di Pasar Mata
Uang"

Kita sudah paham mekanisme pergerakan harga kemarin kan yah? Untuk terjadi transaksi atau deal maka untuk setiap satu volume beli harus ada satu volume jual, jadi harus ada orang yang mau beli (buyer) dan orang yang mau jual (seller) dengan volume yang sama. Harga naik karena volume permintaan beli di harga itu lebih besar daripada volume penawaran jual, jadi stok barang sudah habis sementara permintaan masih ada dan penawaran seller berikutnya ada di harga yang lebih tinggi, yah terpaksa buyer harus beli lebih mahal. Dan harga turun karena volume penawaran jual di harga itu lebih besar daripada volume permintaan beli, jadi pembeli sudah tidak ada sementara ada stok berlebih yang hendak dijual dan permintaan berikutnya ada di harga yang lebih rendah, terpaksa deh seller harus jual lebih murah.

Simpel kan? Kalau itu masih rumit begini saja deh mikirnya, harga naik karena buyer berani beli lebih mahal dan harga turun karena seller berani jual lebih murah. Itu saja deh yah biar nggak pusing.

Ketika harga naik walaupun itu hanya 1 pip kita bisa karatakan bahwa buyer win karena secara akumulasi saat itu lebih banyak minat beli daripada minat jual, atau bisa juga dikatakan buyer lebih dominan. Sebaliknya juga ketika harga turun walaupun itu hanya 1 pip kita mengatakan bahwa seller win karena secara akumulasi saat itu lebih banyak minat jual daripada minat beli, atau kita biasa katakan seller lebih dominan.

Nah kalau dilihat secara akumulatif dari transaksi yang terjadi memang ketika harga naik buyer lebih dominan hingga dikatakan buyer win dan ketika harga turun seller yang lebih dominan hingga dikatakan seller win. Tapi nih, kalau saya boleh bilang jujur coba kita lihat dari kacamata pedagang, ketika harga terus naik yang menang sebetulnya bukan buyer lho, tapi seller yang menang! Kenapa? Karena mereka berhasil memaksa buyer untuk membeli lebih mahal lagi. Nah ketika harga terus turun juga begitu, sebetulnya bukan seller yang menang tapi malah buyer! Karena mereka berhasil memaksa seller untuk menjual lebih murah lagi. Hehehe, benar kan yah?

Tapi itu sekedar agar kita tahu saja yah, pada prakteknya kita akan tetap memegang prinsip akumulasi untuk mengatakan bahwa buyer dominan atau seller dominan.

Oke sekarang kalau kita lihat chart bagaimana kita bisa katakan bahwa harga naik atau harga turun? Dengan membandingkan harga sekarang dengan sebelumnya, bisa itu satu detik yang lalu, satu menit yang lalu, satu jam, satu hari, atau bisa sepuluh tahun yang lalu. Dalam kasus analisa chart sebelum kita bisa mengatakan harga naik atau turun kita harus tahu dulu kita melihat harga itu darimana kemana. Kalau darimana dan kemana ini beda maka kesimpulan bahwa harga naik atau turun (atau malah sama) juga bisa berbeda.

Misal pada chart berikut:


Kita lihat harga GBP/USD sekarang adalah 1.6470. Nah kalau kita bandingkan harga sekarang dengan harga dari titik B 1.6455 maka harganya naik, jadi kalau dilihat dari titik B sampai sekarang secara akumulasi minat untuk beli lebih besar daripada minat jual hingga buyer mau saja membeli dengan harga lebih tinggi. Tapi kalau kita bandingkannya harga sekarang dengan titik A 1.6543 maka harganya turun, disini secara akumulasi minat untuk jual lebih besar daripada minat beli hingga seller mau menjual dengan harga lebih murah. Lalu yang benar harga naik atau turun nih? Dua-duanya benar, sudut pandangnya saja berbeda.
Data yang tertera pada chart kita merupakan jejak perjalanan harga. Titik-titik yang pernah dilalui harga terekam dalam bentuk line, candlestick, ataupun bar. Ketiganya adalah rekaman perjalanan harga dalam suatu periode waktu tertentu yang biasa disebut TF atau Time Frame. Line merekam harga terakhir pada suatu periode sementara candlestick (pada analisa KG disebut sebagai datablock) dan bar lebih lengkap lagi, dia merupakan "ringkasan cerita" perjalan harga pada setiap periode. 
Kita lihat gambar berikut:

Tiga gambar diatas adalah jejak perjalanan atau cerita harga yang dikelompokan dalam satuan periode 4 jam-an atau biasa disebut TF H4. Yang paling atas adalah line chart, kemudian yang tengah bar chart dan terakhir candlestick chart, bar dan candlestick ini sebetulnya hampir sama. Nah bandingkan "cerita" yang digambarkan oleh line dan bar atau candlestick. Bar dan candlestick menggambarkan cerita yang lebih lengkap di tiap-tiap periode dibandingkan line yang hanya menampilkan harga terakhir di tiap periode. Untuk selanjutnya saya akan menggunakan candlestick saja karena lebih mudah dibaca, dan candlestick ini juga kita akan sebut sebagai "datablock".
Sekarang kita lihat lebih jauh tentang datablock.

Seperti sudah dikatakan tadi sebuah datablock merupakan ringkasan cerita perjalanan harga dalam suatu periode. Dari situ kita bisa lihat dimana perjalanannya dimulai (harga awal/open) dimana disitu dianggap belum ada transaksi yang terjadi, lalu kita bisa lihat juga perjalanannya sampai harga tertinggi yang dibeli buyer (high) dan harga terendah yang dijual seller (low), dan sampai di akhir perjalanannya di periode itu (harga penutupan/close). Lalu kalau kita perhatikan posisi close terhadap open kita bisa tahu jenis transaksi yang lebih dominan, bila harga close diatas open maka transaksi buy yang lebih dominan dan bila harga close dibawah open maka transaksi sell yang lebih dominan. 
Gambar berikut akan menjelaskan.
open = harga awal/pembukaan
high = harga tertinggi
low = harga terendah
close = harga terakhir/penutupan
arah panah = dominasi, naik berarti dominan buyer dan turun berarti dominan seller
Selain kita tahu harga OHLC dan siapa yang dominan berdasarkan posisi open dan close tadi jarak antar titik-titik harga di masing-masing datablock itu juga menggambarkan sesuatu. Jarak antara high dan low menggambarkan tingkat minat atau agresifitas pelaku pasar, semakin jauh jaraknya semakin tinggi minatnya atau semakin agresif pelaku pasar melakukan transaksinya. Kemudian jarak antara close dan open menggambarkan seberapa kuat dominasinya, semakin jauh jaraknya maka semakin kuat dominasinya. Lalu yang terakhir adalah hidden potensial atau potensi tersembunyi, hidden potensial (HP) ini dilihat berdasarkan posisi close terhadap high dan low. Bila close ini lebih dekat ke high maka HPnya adalah buyer, sementara bila close lebih dekat ke low maka HPnya adalah seller.
Kita lihat gambar lagi biar jelas.

Gambar diatas memperlihatkan tingkat minat pelaku pasar yang ditunjukan oleh lebar range, yaitu jarak antara high dan low
 

Panah pada gambar diatas menunjukan siapa yang dominan pada periode datablock, dilihat berdasarkan dimana posisi close terhadap open. Selain itu jarak antara open dan close sendiri menggambarkan seberapa kuat sebetulnya dominasinya.



Pada gambar diatas kita bisa lihat bagaimana hidden potensialnya berdasarkan posisi close terhadap high atau lownya. Apabila close lebih dekat kepada high maka hidden potensialnya adalah buyer dan apabila close lebih dekat kepada low maka hidden potensialnya adalah seller.
Oke dapat yah sampai sini, sekarang lanjut ke prinsip keempat.
"Dominasi Transaksi Salah Satu Pelaku Pasar Akan Melemah Karena Dua Hal, Pertama
Yaitu: Ketika Salah Satu Pelaku Pasar Tidak Dapat Menerima Harga Di Atas Harga
Tertinggi atau Di Bawah Harga Terendah Yang Terjadi. Kedua Yaitu: Ketika Volume
Transaksi Yang Dilakukan Pelaku Pasar Di Pasar Mata Uang Jumlahnya Sedikit Atau Kecil.
Dan Kecil Atau Sedikitnya Volume Transaksi Yang Terjadi Ini Kemungkinannya Hanya
Disebabkan Oleh Dua Hal Yaitu, Pertama Mungkin Karena Pelaku Pasar Yang Aktif Di Pasar
mata Uang Saat Itu Memang Sedikit Dan Yang Kedua Mungkin Saja Pelaku Pasar Yang Aktif
Saat Itu Banyak Tetapi Mereka Tidak Bertransaksi Karena Menunggu Saat Yang Tepat
Untuk Bertransaksi Di Pasar Mata Uang"

Jadi dominasi melemah karena pelaku pasar tidak mau menerima melebihi harga tertinggi atau terendah, atau karena volume transaksi kecil. Pada bahasan kali ini kita belum bicara masalah volume karena itu berhubungan dengan timing, kita baru bicara datablock secara individu. Karena itu harga tertinggi dan terendah pada suatu datablock kita asumsikan karena pelaku pasar tidak mau lagi menerima harga melebihi harga tertinggi dan terendah. Buyer tidak mau lagi membeli lebih mahal dari high dan seller tidak mau lagi menjual lebih murah dari low.

Kita lihat gambar lagi.

 High terjadi karena buyer tidak mau membeli lebih mahal lagi dan Low terjadi  karena seller tidak mau menjual lebih murah lagi.
Oke yah sampai sini mudah-mudahan jelas sampai prinsip keempat penerapan dasarnya pada chart, sederhana banget kan yah?
 
Lanjut Ke Part 2 Selanjutnya
 
Sumber : LINK

Mekanisme Pergerakan Harga Forex

Assalamu'alaikum para sobat blogger, sudah lama tidak menulis dan mengcopas artikel-artikel yang banyak bermanfaat diluar sana :)
Ada satu artikel yang cukup bagus untuk disimak dalam menggeluti dunia forex, langsung saja kita notedkan disini

Lucu rasanya kalau pekerjaan (atau hobi) kita sehari-hari menghadapi chart dan berusaha mendapat profit dari pergerakan harga tetapi kita tidak pernah mengerti bagaimana sesungguhnya harga itu bisa bergerak. Jadi sekarang kita akan bahas sedikit bagaimana sebetulnya mekanisme pergerakan harga yang terjadi market.

Kita tentu sudah tahu bahwa harga bergerak karena ada transaksi atau ada "deal", dan arah harga bergerak mengikuti akumulasi transaksi terbesar yang terjadi saat ini (prinsip kedua dan ketiga analisa KG yah). Jadi bukan analisa kita, bukan TS, bukan indikator, bukan juga news yang menggerakan harga, tapi transaksi yang dilakukan para pelaku pasar yang tentu saja tidak terikat dengan hal-hal itu.

Kita lihat tabel berikut.


Bid = harga permintaan, harga dimana pelaku pasar bersedia membeli
Offer = harga penawaran, harga dimana pelaku pasar bersedia menjual
Vol = volume dalam juta USD, supaya mudah dibuat sama saja semua 10 juta, kondisi sebenarnya tentu berbeda

Kita lihat pada tabel bid terbaik adalah 1.6469 dengan volume $10 juta sementara offer terbaik adalah 1.6470 dengan volume $10 juta juga. Bid dan offer ini adalah pending order atau open interest yang belum tereksekusi, offer mencerminkan ketersediaan stok barang yang hendak dijual seller sementara bid mencerminkan harga dan jumlah yang hendak dibeli buyer.

Dari selisih harga bid terbaik (tertinggi) 1.6469 dan offer terbaik (termurah) inilah muncul harga dan spread saat ini, yaitu 1.6469/1.6470 dengan spread 1 pip. Jadi spread yang sebenarnya muncul sama sekali bukan akal-akalan broker tapi berdasarkan dimana atau di harga berapa "minat" para pelaku pasar.

Kita sudah tahu bahwa harga bergerak karena ada transaksi atau kesepakatan, dan pending order ini belum merupakan suatu transaksi tetapi masih berupa "minat". Nah untuk terjadi kesepakatan maka harus ada market order yang masuk untuk menyepakati harga 1.6469 atau 1.6470, yaitu sell atau menjual untuk memenuhi minat beli di 1.6469 atau buy atau membeli untuk memenuhi minat jual di 1.6470. Prinsipnya adalah untuk setiap 1 volume buy maka harus ada 1 volume sell untuk bisa terjadi kesepakatan. Dan harga baru berubah ketika tidak ada lagi minat di harga yang tertera sekarang, jadi untuk mengubah harga dari harga sekarang maka volume market order yang masuk harus sama atau lebih dari volume pending order di harga itu.

Misalnya saat ini ada pelaku pasar yang buy sekarang di harga 1.6470 dengan volume hanya $2 juta, maka harga tidak akan berubah karena masih ada sisa $8 juta lagi yang hendak dijual di harga 1.6470. Tetapi apabila volume beli mencapai $10 juta, maka harga offer akan naik ke harga terdekat dimana ada minat jual, dalam kasus contoh diatas adalah 1.6471. Jadi kalau ini terjadi maka kita akan melihat spread melebar hingga harga akan terlihat sebagai 1.6469/1.6471. Lalu bagaimana apabila volume beli ternyata mencapai $20 juta? Maka $10 juta akan dipenuhi di 1.6470 sementara $10 juta lagi terpaksa harus dipenuhi di 1.6471, dan dalam kasus ini harga offer akan naik ke 1.6472 karena tidak ada lagi minat jual dibawah harga itu. Nanti kita akan melihat spread melebar lagi hingga harga akan tertera sebagai 1.6469/1.6472.

Lalu bagaimana kalau misalnya yang masuk adalah market order sell di harga sekarang 1.6469? Hampir sama dengan diatas, apabila volume sell masih kurang dari $10 juta maka harga tidak akan kemana-mana. Apabila volume sell mencapai $10 juta maka harga bid akan turun ke 1.6468 karena tidak ada lagi minat beli di 1.6469. Disini kita akan melihat spread juga melebar hingga akan tertera harga 1.6468/1.6470. Bagaimana kalau minat jual sangat besar, misalnya mencapai $40 juta? Maka $10 juta akan dijual di harga 1.6469, $10 juta berikutnya akan dijual di harga 1.6468, $10 juta berikutnya lagi akan dijual di harga 1.6467, dan $10 juta terakhir akan dijual di harga 1.6466. Dan harga bid akan jatuh sampai 1.6465 karena sudah tidak ada lagi minat beli diatas itu. Disni nanti kita lihat spread akan lebar sekali hingga tertera harga 1.6465/1.6470.

Jadi ketika kita melihat harga terus bergerak naik itu artinya buyer bersedia membeli dengan harga lebih mahal lagi memenuhi minat jual di harga yang lebih tinggi sementara ketika kita melihat harga terus bergerak turun itu artinya seller bersedia menjual dengan harga lebih murah lagi memenuhi minat beli di harga yang lebih rendah. Dan ketika kita melihat spread maka kita tahu itu terjadi karena ada perbedaan di harga berapa minat untuk membeli dan menjual. Dari sini juga kita bisa tahu bahwa tidak ada hitungan baku berapa volume yang dibutuhkan untuk menggerakan harga setiap 1 pipnya, yang penting adalah ada atau tidaknya minat untuk bertransaksi di suatu titik harga, dan minat ini volumenya bervariasi. Contoh volume $10 juta disini hanya agar mudah dipahami saja.

Lalu apa yang terjadi jika misalnya minat yang ada sekarang berubah? Misalnya minat jual atau offer terbaik di 1.6470 sebesar $10 juta tiba-tiba dibatalkan, maka harga offer akan berubah ke dimana ada offer terdekat yaitu 1.6471. Bagaimana kalau minat buy atau bid 1.6469 dibatalkan? Maka harga bid akan turun ke 1.6468. Jelas dan masuk akal yah? Nah ini menjelaskan kenapa menjelang news penting seperti NFP akan dirilis spread bisa melebar sangat jauh kemudian sering terjadi spike atau gap, ini hal yang rasional karena para pelaku pasar juga manusia yang memiliki logika. Mereka tidak mau secara konyol mengambil resiko jadi mereka akan melakukan langkah penyelamatan, menutup atau hedging posisi terbuka, membatalkan pending order, dan lain-lain. Ini menyebabkan minat yang ada berkurang drastis sehingga harga harus bergerak jauh mencari titik dimana ada minat yang menunggu. Oke yah?

Pada praktek sebenarnya bisa sangat bervariasi, dalam setiap detik bisa terjadi banyak sekali order, bisa itu market order buy atau sell, bisa juga pending order buy atau sell, atau bisa juga pembatalan order yang sudah ada hingga harga bisa sangat berfluktuasi dan spread juga bisa melebar atau menyempit dalam waktu yang singkat. Tetapi mekanisme dasarnya tetap sama seperti sudah dijelaskan diatas, dan kita sebetulnya sudah tidak perlu pusing memikirkan itu karena semua sudah dilakukan oleh komputer. Kita tinggal lihat bagaimana pergerakan harganya dan pahami ketika harga naik dari harga sekarang maka itu artinya tidak ada lagi minat jual di harga sekarang dan minat jual berikutnya ada di harga yang lebih tinggi, dan ketika harga turun dari harga sekarang maka itu artinya tidak ada lagi minat beli di harga sekarang dan minat beli berikutnya ada di harga yang lebih rendah.

Mekanisme seperti itu adalah yang real terjadi di market interbank dimana yang bermain disitu adalah institusi-institusi keuangan raksasa dengan modal sangat besar dan transaksinya juga jutaan USD, mereka-mereka ini yang memiliki akses langsung ke market. Lalu bagaimana dengan trader macam saya dengan modal recehan?

Trader-trader retail seperti kita tidak memiliki akses langsung ke market interbank tetapi harus melalui pihak ketiga atau perantara, bisa itu bank atau broker forex. Bank memiliki akses ke market kemudian dari situ mereka bisa menjual atau membeli mata uang kepada atau dari nasabahnya dengan harga mark up untuk mendapat keuntungan. Umumnya nasabah bank bertransaksi untuk memenuhi kebutuhan mereka atau untuk tabungan dan investasi, bukan berbisnis mencari profit seperti para trader. Sementara broker memfasilitasi trader retail seperti kita untuk bisa berbisnis forex dan melakukan transaksi.

Broker mengambil data harga dari market walaupun memang kadang-kadang ada perbedaan harga antar broker, tetapi biasanya tidak jauh. Mekanisme pergerakan harga di broker tetap sama dengan maret interbank karena market interbank inilah yang mempengaruhi pergerakan harga, broker hanya mengikuti harga di market, mereka tidak bisa menggerakan harga kecuali mereka memang memanipulasi harga yang tertera di chart kita, hal ini memang bisa dilakukan dan memang kerap terjadi. Mekanisme dan jalur kita bertransaksi dan juga spread harga di broker berbeda dengan market real, itu tergantung kepada jenis broker dan kebijakan mereka.

Kita lihat sepintas tentang broker, pada dasarnya ada tiga tipe broker yaitu non dealing desk (NDD), dealing desk (DD), dan hybrid. Kita lihat satu persatu.

Broker NDD

Kalau kita bertransaksi melalui broker NDD, maka transaksi kita akan mereka teruskan ke market. Broker tipe ini benar-benar hanya bertindak sebagai perantara. Data harga dan spread yang tertera sangat fluktuatif menyesuaikan kondisi yang terjadi di market. Broker NDD ini juga terbagi lagi jadi tiga jenis yaitu electronic communication network (ECN), straight through processing (STP), dan direct market access (DMA).

Saya tidak akan menjelaskan detail tentang ketiga jenis broker itu disini, nanti saja dibuat tulisan khusus. Cukuplah kita tahu bahwa apabila kita trading melalui broker NDD maka kita akan berhadapan dengan kondisi market yang real dan bertransaksi melawan market yang real juga. Disini resiko kecurangan oleh broker sangat kecil karena order kita akan diteruskan langsung ke market untuk dicarikan "lawannya",  sebagai imbalannya mereka akan menarik komisi yang besarnya bervariasi tergantung kebijakan masing-masing. Dan karena kita berhadapan dengan market langsung maka kadang-kadang kita bisa diuntungkan dengan spread yang sangat tipis tetapi kadang-kadang pula kita malah bertemu dengan spread yang sangat lebar. Dan disini kita juga kadang bisa berhadapan dengan requote atau slippage, tetapi hal ini disebabkan oleh kondisi di market, bukan karena kecurangan broker.

Broker DD

Kalau di broker DD kita sebetulnya trading di lingkungan broker itu sendiri, lawan kita adalah pihak broker dan para klien yang posisinya berlawanan dengan kita. Ini jenis broker yang biasa disebut sebagai bandar.

Disini ketika kita buy maka kita membeli dari broker atau klien lainnya, dan ketika kita sell maka kita menjual kepada broker atau klien lainnya. Broker jenis ini biasanya menerapkan spread yang fix, karena mereka juga mengambil keuntungan dari situ, tapi ada juga yang menerapkan floating spread tetapi biasanya lebih lebar dari spread market sebenarnya karena mereka seperti broker spread fix mereka juga mengambil keuntungan dari spread. Dan ada juga yang malah ditambah lagi komisi (biasanya broker lokal nih).

Karena semua transaksi dilakukan internal maka transaksi yang kita lakukan sama sekali tidak akan berpengaruh terhadap pergerakan harga. Pergerakan harga tetap ditentukan oleh market interbank. Jadi omong kosong apabila ada rekan trader yang mengklaim bisa mengatur harga dengan modal hanya $25 walaupun beliau mengklaim metodenya bersandar pada hukum supply & demand.

Broker seperti ini sebetulnya memiliki resiko lebih besar karena mereka harus menjadi lawan transaksi kliennya, ada resiko mereka kekurangan dana untuk melayani transaksi klien. Biasanya hal ini diatasi dengan backup dari bank sebagai liquidity provider, disini kadang-kadang bisa terjadi pelebaran spread karena mereka harus mengkuti harga dari provider tadi.

Keuntungan  untuk trader biasanya broker menjamin instant execution, alias setiap market order kita mereka jamin tereksekusi cepat. Jadi tidak peduli broker akan untung atau rugi (rugi sebetulnya sudah mereka perhitungkan) mereka harus mengeksekusi atau menjadi lawan setiap market order yang masuk.

Tetapi hati-hati juga karena broker menanggung resiko kerugian cukup tinggi maka trading di broker tipe ini bagi trader juga mengandung resiko kecurangan. Requote dan slippage yang terjadi seringkali bukan diakibatkan oleh kondisi market tetapi karena pihak broker menunggu level harga yang lebih menguntungkan mereka. Juga kadang terjadi manipulasi harga yang berbentuk spike atau pergerakan tiba-tiba yang menghantam stop loss kita, ini yang biasanya disebut stop loss hunter. Resiko lainnya adalah ketika hendak wd ternyata tidak ada cukup dana untuk membayar keuntungan klien, biasanya proses wd jadi dipersulit dengan berbagai alasan.

Apabila kita memilih untuk membuka akun di broker DD dengan dana cukup besar, maka pastikan kita sudah pelajari latar belakang dan reputasi brokernya. Lihat alamatnya dimana, sudah berapa lama berdiri, cek apakah teregulasi oleh badan-badan yang kompeten, dan cari tahu dari pengalaman trader-trader lain yang pernah trading disitu.

Oke deh semoga cukup jelas sekarang dan ketika kita melihat chart kita paham apa yang sebetulnya sedang terjadi di market. 
 
Itu artikel yang bermanfaat, dan semoga banyak membantu kawan-kawan blogger semua.
Terima Kasih
 
Sumbel : LINK