MUSIC OFF

Sementara kosong

Selasa, 17 Februari 2015

Memahami Pergerakan Harga Part1

Lanjut materi yang cukup baik untuk dibaca sobat blogger

SAMPRAZAAN

Tulisan ini sebetulnya sangat basic, tetapi malah sering dilupakan karena kebanyakan kita (termasuk saya) ketika mulai belajar belum apa-apa sudah bertemu dengan indikator. Apalagi semakin jauh materi pelajaran semakin bermacam-macam konsep pendekatan yang digunakan dan semakin bermacam-macam juga indikator yang digunakan hingga rasanya sangat sulit mengikuti pelajaran dan akhirnya banyak yang gagal. Malah ada orang yang semena-mena memaki-maki dan mengatai "raja j@mb#t" karena setup chart yang kusut penuh indikator.

Disini kita akan kembali ke konsep paling dasar yaitu prinsip analisa KG serta filosofi pergerakan harga dengan menggunakan data yang paling mentah yaitu chart polos alias naked chart. Tujuannya agar kita bisa memahami bagaimana prinsip dan filosofi itu bekerja dibalik pergerakan harga pada chart kita. Nanti setelah kita benar-benar memahami ini baru kita mulai menggunakan alat bantu (tools/indikator, atau garis-garis apalah) apabila memang dibutuhkan. Semoga dengan ini pemahaman dan kemampuan kita membaca pergerakan harga semakin bertambah, dan otomatis digit equity kita bertambah juga, lalu cita-cita membangun bangsa yang makmur dan kuat bisa terwujud, amin.

Oke kita mulai.....

Setelah sebelumnya kita bahas bagaimana sesungguhnya mekanisme pergerakan harga maka sekarang kita akan belajar untuk memahami pergerakan harga itu sendiri di chart kita. Jadi nanti ketika kita melihat chart  kita benar-benar mengerti apa sih yang sedang terjadi di market melalui apa yang digambarkan oleh datablock dan semua tools yang kita gunakan.

Kita tidak akan bahas lagi prinsip pertama karena itu sih harusnya sudah benar-benar tertanam, prinsip kedua juga lewat saja karena aplikasinya sudah dibahas di tulisan Mekanisme Pergerakan Harga sebelumnya, jadi kita sekarang langsung ke prinsip ketiga analisa KG:

"Kemana Kecenderungan Arah Pergerakan Harga Tergantung Sepenuhnya Pada Akumulasi
Transaksi-Transaksi Yang Mendominasi Pada Saat Pelaku Pasar Bertransaksi Di Pasar Mata
Uang"

Kita sudah paham mekanisme pergerakan harga kemarin kan yah? Untuk terjadi transaksi atau deal maka untuk setiap satu volume beli harus ada satu volume jual, jadi harus ada orang yang mau beli (buyer) dan orang yang mau jual (seller) dengan volume yang sama. Harga naik karena volume permintaan beli di harga itu lebih besar daripada volume penawaran jual, jadi stok barang sudah habis sementara permintaan masih ada dan penawaran seller berikutnya ada di harga yang lebih tinggi, yah terpaksa buyer harus beli lebih mahal. Dan harga turun karena volume penawaran jual di harga itu lebih besar daripada volume permintaan beli, jadi pembeli sudah tidak ada sementara ada stok berlebih yang hendak dijual dan permintaan berikutnya ada di harga yang lebih rendah, terpaksa deh seller harus jual lebih murah.

Simpel kan? Kalau itu masih rumit begini saja deh mikirnya, harga naik karena buyer berani beli lebih mahal dan harga turun karena seller berani jual lebih murah. Itu saja deh yah biar nggak pusing.

Ketika harga naik walaupun itu hanya 1 pip kita bisa karatakan bahwa buyer win karena secara akumulasi saat itu lebih banyak minat beli daripada minat jual, atau bisa juga dikatakan buyer lebih dominan. Sebaliknya juga ketika harga turun walaupun itu hanya 1 pip kita mengatakan bahwa seller win karena secara akumulasi saat itu lebih banyak minat jual daripada minat beli, atau kita biasa katakan seller lebih dominan.

Nah kalau dilihat secara akumulatif dari transaksi yang terjadi memang ketika harga naik buyer lebih dominan hingga dikatakan buyer win dan ketika harga turun seller yang lebih dominan hingga dikatakan seller win. Tapi nih, kalau saya boleh bilang jujur coba kita lihat dari kacamata pedagang, ketika harga terus naik yang menang sebetulnya bukan buyer lho, tapi seller yang menang! Kenapa? Karena mereka berhasil memaksa buyer untuk membeli lebih mahal lagi. Nah ketika harga terus turun juga begitu, sebetulnya bukan seller yang menang tapi malah buyer! Karena mereka berhasil memaksa seller untuk menjual lebih murah lagi. Hehehe, benar kan yah?

Tapi itu sekedar agar kita tahu saja yah, pada prakteknya kita akan tetap memegang prinsip akumulasi untuk mengatakan bahwa buyer dominan atau seller dominan.

Oke sekarang kalau kita lihat chart bagaimana kita bisa katakan bahwa harga naik atau harga turun? Dengan membandingkan harga sekarang dengan sebelumnya, bisa itu satu detik yang lalu, satu menit yang lalu, satu jam, satu hari, atau bisa sepuluh tahun yang lalu. Dalam kasus analisa chart sebelum kita bisa mengatakan harga naik atau turun kita harus tahu dulu kita melihat harga itu darimana kemana. Kalau darimana dan kemana ini beda maka kesimpulan bahwa harga naik atau turun (atau malah sama) juga bisa berbeda.

Misal pada chart berikut:


Kita lihat harga GBP/USD sekarang adalah 1.6470. Nah kalau kita bandingkan harga sekarang dengan harga dari titik B 1.6455 maka harganya naik, jadi kalau dilihat dari titik B sampai sekarang secara akumulasi minat untuk beli lebih besar daripada minat jual hingga buyer mau saja membeli dengan harga lebih tinggi. Tapi kalau kita bandingkannya harga sekarang dengan titik A 1.6543 maka harganya turun, disini secara akumulasi minat untuk jual lebih besar daripada minat beli hingga seller mau menjual dengan harga lebih murah. Lalu yang benar harga naik atau turun nih? Dua-duanya benar, sudut pandangnya saja berbeda.
Data yang tertera pada chart kita merupakan jejak perjalanan harga. Titik-titik yang pernah dilalui harga terekam dalam bentuk line, candlestick, ataupun bar. Ketiganya adalah rekaman perjalanan harga dalam suatu periode waktu tertentu yang biasa disebut TF atau Time Frame. Line merekam harga terakhir pada suatu periode sementara candlestick (pada analisa KG disebut sebagai datablock) dan bar lebih lengkap lagi, dia merupakan "ringkasan cerita" perjalan harga pada setiap periode. 
Kita lihat gambar berikut:

Tiga gambar diatas adalah jejak perjalanan atau cerita harga yang dikelompokan dalam satuan periode 4 jam-an atau biasa disebut TF H4. Yang paling atas adalah line chart, kemudian yang tengah bar chart dan terakhir candlestick chart, bar dan candlestick ini sebetulnya hampir sama. Nah bandingkan "cerita" yang digambarkan oleh line dan bar atau candlestick. Bar dan candlestick menggambarkan cerita yang lebih lengkap di tiap-tiap periode dibandingkan line yang hanya menampilkan harga terakhir di tiap periode. Untuk selanjutnya saya akan menggunakan candlestick saja karena lebih mudah dibaca, dan candlestick ini juga kita akan sebut sebagai "datablock".
Sekarang kita lihat lebih jauh tentang datablock.

Seperti sudah dikatakan tadi sebuah datablock merupakan ringkasan cerita perjalanan harga dalam suatu periode. Dari situ kita bisa lihat dimana perjalanannya dimulai (harga awal/open) dimana disitu dianggap belum ada transaksi yang terjadi, lalu kita bisa lihat juga perjalanannya sampai harga tertinggi yang dibeli buyer (high) dan harga terendah yang dijual seller (low), dan sampai di akhir perjalanannya di periode itu (harga penutupan/close). Lalu kalau kita perhatikan posisi close terhadap open kita bisa tahu jenis transaksi yang lebih dominan, bila harga close diatas open maka transaksi buy yang lebih dominan dan bila harga close dibawah open maka transaksi sell yang lebih dominan. 
Gambar berikut akan menjelaskan.
open = harga awal/pembukaan
high = harga tertinggi
low = harga terendah
close = harga terakhir/penutupan
arah panah = dominasi, naik berarti dominan buyer dan turun berarti dominan seller
Selain kita tahu harga OHLC dan siapa yang dominan berdasarkan posisi open dan close tadi jarak antar titik-titik harga di masing-masing datablock itu juga menggambarkan sesuatu. Jarak antara high dan low menggambarkan tingkat minat atau agresifitas pelaku pasar, semakin jauh jaraknya semakin tinggi minatnya atau semakin agresif pelaku pasar melakukan transaksinya. Kemudian jarak antara close dan open menggambarkan seberapa kuat dominasinya, semakin jauh jaraknya maka semakin kuat dominasinya. Lalu yang terakhir adalah hidden potensial atau potensi tersembunyi, hidden potensial (HP) ini dilihat berdasarkan posisi close terhadap high dan low. Bila close ini lebih dekat ke high maka HPnya adalah buyer, sementara bila close lebih dekat ke low maka HPnya adalah seller.
Kita lihat gambar lagi biar jelas.

Gambar diatas memperlihatkan tingkat minat pelaku pasar yang ditunjukan oleh lebar range, yaitu jarak antara high dan low
 

Panah pada gambar diatas menunjukan siapa yang dominan pada periode datablock, dilihat berdasarkan dimana posisi close terhadap open. Selain itu jarak antara open dan close sendiri menggambarkan seberapa kuat sebetulnya dominasinya.



Pada gambar diatas kita bisa lihat bagaimana hidden potensialnya berdasarkan posisi close terhadap high atau lownya. Apabila close lebih dekat kepada high maka hidden potensialnya adalah buyer dan apabila close lebih dekat kepada low maka hidden potensialnya adalah seller.
Oke dapat yah sampai sini, sekarang lanjut ke prinsip keempat.
"Dominasi Transaksi Salah Satu Pelaku Pasar Akan Melemah Karena Dua Hal, Pertama
Yaitu: Ketika Salah Satu Pelaku Pasar Tidak Dapat Menerima Harga Di Atas Harga
Tertinggi atau Di Bawah Harga Terendah Yang Terjadi. Kedua Yaitu: Ketika Volume
Transaksi Yang Dilakukan Pelaku Pasar Di Pasar Mata Uang Jumlahnya Sedikit Atau Kecil.
Dan Kecil Atau Sedikitnya Volume Transaksi Yang Terjadi Ini Kemungkinannya Hanya
Disebabkan Oleh Dua Hal Yaitu, Pertama Mungkin Karena Pelaku Pasar Yang Aktif Di Pasar
mata Uang Saat Itu Memang Sedikit Dan Yang Kedua Mungkin Saja Pelaku Pasar Yang Aktif
Saat Itu Banyak Tetapi Mereka Tidak Bertransaksi Karena Menunggu Saat Yang Tepat
Untuk Bertransaksi Di Pasar Mata Uang"

Jadi dominasi melemah karena pelaku pasar tidak mau menerima melebihi harga tertinggi atau terendah, atau karena volume transaksi kecil. Pada bahasan kali ini kita belum bicara masalah volume karena itu berhubungan dengan timing, kita baru bicara datablock secara individu. Karena itu harga tertinggi dan terendah pada suatu datablock kita asumsikan karena pelaku pasar tidak mau lagi menerima harga melebihi harga tertinggi dan terendah. Buyer tidak mau lagi membeli lebih mahal dari high dan seller tidak mau lagi menjual lebih murah dari low.

Kita lihat gambar lagi.

 High terjadi karena buyer tidak mau membeli lebih mahal lagi dan Low terjadi  karena seller tidak mau menjual lebih murah lagi.
Oke yah sampai sini mudah-mudahan jelas sampai prinsip keempat penerapan dasarnya pada chart, sederhana banget kan yah?
 
Lanjut Ke Part 2 Selanjutnya
 
Sumber : LINK

1 komentar:

  1. Sebagai trader seharusnya kita memahami pergerakan arah harga sehingga kita bisa mendapatkan hasil. Untuk saat inis aya menggunakan analisa secara fundamental dan teknikal. untuk analisa fundamental saya menggunakan FF dan juga halaman berita harian di broker octafx

    BalasHapus